Saturday, January 29, 2011

Muridku Memang Cantik Bagian IV


Tak terasa kami tertidur di ruang tengah. Aku baru terbangun ketika waktu menunjukan pukul satu dini hari. Tari tertidur di sampingku dengan mengenakan cd saja. Aku kasihan dengannya yang setia melayani kebutuhan aku sebagai laki-laki yang haus seks. Dia sudah amat lelah. Kuangkat tubuhnya ke spiring bed dalam kamarku, kubuka cd birunya yang basah, kulap memek dengan cdnya tadi. Kuselimuti dia. Dalam selimut dia kupeluk dan kucium mesra mata terbuka sesaat, bibirnya tesenyum sebentar padaku. Mungkin karena lelah matanya terpejam kembali. Tapi memang dasar nafsu kusumat, kontolku tak bosan-bosan ingin segera dimasukan ke liang memeknya. Aku kasihan dengan Tari yang tergulai lemah, sementara kontolku ga mau tahu. Akhirnya cara yang bijak, aku tidur bersamanya dengan cara berpelukan dan membenamkan kontolku yang tegang ke dalamnya. Aku tertidur hingga pagi. Tapi anehnya kontolku ga tidur. Hingga aku terbangun pukul 5 pagi kontol tetap tegak dalam memeknya. Memang aku tetidur, dalam tidurku aku bermimpi bercinta dengan Tari. Mungkin inilah yang membuat kontolku tidak loyo. Nikmat memang semalaman kontol berada dalam memek. Tari tesetak dari tidurnya dan terbangun kaget. Segera dia berajak dari tempat tidur hingga kontolku terlepas dari bibir memeknya. Dia berlari kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kulihat kontol yang semalamanya dalam memeknya kulitnya menjadi agak putih bekas disekap semalaman dalam memeknya.


Akupun berlari ke kamar mandi bukan untuk madi besama Tari. Tetapi justru memeluk Tari dan mengajak becinta lagi, tapi kali ini Tari menolak.


“Mas aku mo ke sekolah, kemarin aku bolos. Ga kan !” kata sambil mengambil handuk dan melilitkan ke tubuhnya untuk berjalan ke kamar. Aku agak kecewa memang, tapi aku harus mengerti, seharian kami telah melakukan 4 kali, bukan angka yang pantatis memang. Banyak pengantin baru melakukan sampai 7 atau 9 kali semalaman. Kubersihkan tubuhku dengan ini kumudian aku berjalan ke kamar sambil melap tubuh dengan handuk. Kulihat Tari sudah mengenakan celana dam putih dan bra putih yang juga baru dibeli di mall kemarin. Semua pas ukuran dengan tubuhnya. Dia menyisir rambutnya menghadap cermin, sementara seragam putih abu abu siap dipinggi tempat tidur. Kuambil sisirnya dan kubantu menyisir rambutan lurus panjang sepunggung itu , kubantu keringkan dengan hair dryer. Tari hanya temanggu melihatku dari cermin didepannya. Seperti ada yag ingin dia katakan.


“Maaf ya mas, tadi bukan aku menolak tapi aku tidak ingin bolos aku kasian yang ortuku yang membiayai aku, aku takut ga naik kelas!” katanya sambil diri menghadap cermin.


“Ga pa pa, aku tahu cape.” Kataku.


“Ga mas ga cape, Cuma ..” balasnya


“Cuma takut ga naik kelas dan oang tua mu marah, gitu kan!” kataku lagi menegaskan.Dia mengangguk mempenegasanku itu.


“Tari, sekolah itu punya keluargaku, sebagian besar modalnya milik papaku, Kalau masalah sekolah aku jamin mulai sekarang tanggungjawabku, dan setiap bulan akan kuberi kamu uang saku untuk kebutuhanmu.” Sambungku. Spontan Tari membalik tubuhnya.


“Betul mas?” tanyanya, aku mengganguk dia kembali memeluk tubuhku, kembali kami berciuman dan berpelukan sambil berdiri. Terlihat olehku melalui cermin di belangkang, rambutnya yang hitam mengkilap lurus sepunggung menutupi tali bh belakangnya, punggung yang bersh dan pinggul yang sintal tertutup celana dalam yang putih bersih. Tak pernah bosan tangan kananku mengusap-usapn pantat yang telapis cd itu, sementara tanan kiriku membelai punggungnya. Kecupan kami terlepas.


“Mas mau lagi?” tanyanya mengajakku behubungan kelamin lagi.


“Kamu kan mo sekolah?” kataku


“Aku terserah mas aja, sekolah itukan milik orang tuang mas. Berarti tidak ada lagi menghalangi lagi kita bercinta walaupun waktu sekolah tergannggu. Iya kan mas?” jelasnya.


“ Sekarang kamu pintar” kataku langsung menyerbu bibirnya. Spntan kontol tengang hingga menyetuh memeknya yang menyembul dari bali cd putihnya.


“Sebentar aja ya sayang, na ti kita berangkat sekolah bersama.” Kataku padanya. Ku buka bhnya. Kemudian aku jongkok untuk menurunkan cd putihnya dgn kedua tangan ku. Saat aku jongkok dan di hadapan mataku terpampang gundukan memek yang yang menyembul naluri laki lakiku timbul dan langsung mencium belahan memek yang berlapis kain putih. Kubenamkan seluruh wajahku ke belahan pangkal paha itu.


“Katanya sebentar !” terdengar suara Tari dari atas sambil tersenyum. Dan aku balas dengan segera menurun cd putihnya hingga lolos dari kakinya . Kusuruh Tari agar tangan memegan pingiran meja rias dibelakangnya. Sehingga dia dalam posisi nunging. Kedua kakinya kulebarkan hingga memudah kontol menjangkau belahan memekn yang menghadap kebawah. Biasanya kalo seks nunging orang memasukan penisnya lewat dubur lawannya, aku ga suka itu, karena seret dan kurang nikmat. Aku lebih suka kontolku yang tegang menghadap keatas kumasukan ke liang memek yang menghadap ke bawah. Gerakanku bukan sekedar maju mundur tapi maju mundurnya agak keserong ke atas dan bawah. Kulakukan ini agak perlahan. Dua puluh cm panjang kontolku, tidak terlalu pendek hingga bisa menjangkau memek Tari. Tari tidak terlalu gemuk, 48 kg, tidak kurus juga tinggi tubuh yang 165 cm. Kupegang pantatnya sintal, kuelus pahanya kanan dan kiri kubelai pinggang dan punggungnya semakin lama semakin cepat gerakan dan dan napas Tari pun semakin terdengar, kakinya terasa gemetar, hingga kutarik tubuhnya yang padat berisi itu hingga terduduk berpangkuan denganku dipinggir spring bed. Punggung menyandar lemas di dadaku. Buah dadanya kuremasi dengan dua tangan ku. Susah memang memasukan kontol dalam posisi duduk seperti.


“Ri duduknya berhadapa aja.” Pntaku. Tari pun bediri dan berbalik menghadapku. Kedua kaki nya menaiki tempat tidur dan kemudian jongkok aku membantu mengarahan kontolku dengan tangan kanan pas di belah memeknya yang mengangga. Hingga kontol ku masuk semua kedalam memeknya. Dalam posisi ini mulutku dengan lahap melumat seluruh buah dadanya. Sementara Tari menaikturunkan pantatnya hingga kontolku keluar masuk ke memeknya, kulihat dia semakin lama semakin tak kuat untuk menaikan pantatnya karena sudah terbakar nafsu, maka spontan kugendong dirinya dan meletakan pantanya diatas meja rias dan seketika itu pula botol-botol pafum di atas jatuh berserak di lantai. Aku tak perduli kutarik tekan kontolku ke memeknya hingga pelukan kami semkin erat dan menegang. Pantatku menekan keras ke memeknya, jembutku beradu dan begesekan dengan jembut halus milik memek Tari. Cairan kental pun muncrat ke dalam memek Tari. Sesaat kami berdekapan dan pelahan-lahan melemah. Kemudian kedua bibir kami saling mengecup mesra mengakhir pengamalan kami yang berkesan. Tari pun tersenyum paku.


Jam 7.30 kami berangkat kesekolah, terlambat memang, tapi di sekolah itu tidak ada yang berani memarah kami, karena sekolah itu adalah milik yayasan keluarga ku. Dan tanpa sepengetahuan siswa dan guru lain kami pun bertunangan ketika orang tuaku menenggokku ke Surabaya. Inilah yang membuat Tari begitu percaya padaku. Tentu saja selama hampir dua tahun kami melakukan hubungan suami istri tanpa kondom, keran Tari rutin suntik kb tiga bulanan. Bahkan ortunya tak melarang Tari menginap dirumahku, yang pentidak membuat malu keluarga, sepintas hubungan kami seperti biasanya di mata orang lain, alim dan tidak menunjukan tanpa-tanda intim. Tapi dibelakang permainan seks kami sangat memuaskan dan tak terlupakan. Selama itu pula melakukannya paling sedikit dua kali seminggu. Dimana saja. Kadang di mobil dalam garasiku, kadang di wc sekolah atau uang osis saat siswa dan guru lain belajar. Dan yang paling sering adalah dirumahku. Kadangdiluar saat kegiatan LDKS atau persami. Saat Tari lulus kami langsung menikah. Saat itu aku berusia 25 tahun dan Tari 19 tahun. Kini aku berusia 35 tahun dan telah menjadi kepsek, Tari telah memberiku 3 anak, petama berusia kelas 5 sd, kedua tk dan yang kecil baru dua bulan. Walaupun begitu kami tetap rutin melakukan hubungan suami istri setiap hari. Tubuh Taripun tidak berubah tetap cantik, seksi dan sintal, karena memang dia rajin beolahraga senam dan menjaga kecantikanya sejak dia sekolah dulu.

No comments:

Post a Comment